Banyak
anak banyak rezeki. Kalimat ini dulu sering kita dengar.. makin
banyak anak makin banyak juga rezekinya. Buat saya kalimat ini sulit
dipercayai di jaman sekarang. Jaman sekarang makin banyak anak makin
banyak keluar biaya dan berarti makin banyak usaha kita buat mencari
uang. Iya sih rezeki memang diatur oleh Tuhan YME, tapi kita harus
mencarinya dengan berusaha bukan? Bukan bermaksud menceritakan
kesedihan orang lain, tapi yang terjadi pada seorang tetangga saya
sungguh bisa dijadikan pelajaran.
Tetangga
saya punya anak 8 orang. Beda umurnya 1-2 tahun, jadi hampir tiap
tahun tetangga saya ini melahirkan. Tetangga saya bukan pegawai
kantoran, untuk biaya sehari-hari mereka mengandalkan penghasilan
dari membuka warung kecil di depan rumahnya. Warung kecil ini berisi
kebutuhan sehari-hari seperti gula, kopi, sabun dan lain-lain.
Awalnya.. warung kecil ini cukup banyak pembeli tapi setelah ada
pasar kaget di dekat rumah kami, warung ini sama seperti warung
lainnya.. mati.. karena pembelinya lebih memilih berbelanja di pasar
kaget yang lebih lengkap isinya.
Kebutuhan
keluarga yang mendesak untuk dipenuhi membuat tetangga ini memutar
otak. Anak-anaknya sudah masuk sekolah dasar. Biaya yang harus
dipenuhi bukan cuma untuk makan tapi juga untuk biaya sekolah. Warung
kecil yang isinya telah kosong karena diisi oleh si ibu dengan
makanan matang. Si ibu memang jago masak, ia masak sayur pagi-pagi.
Sayur ini masukkan ke plastik-plastik dan orang-orang membelinya
sebagai bekal untuk makan siang di kantor. Ketika siang, si ibu
berjualan gado-gado untuk menggantikan sayur matang yang telah habis.
Si bapak membantu si ibu dengan belanja ke pasar. Sungguh cara cerdas
dan kompak demi menutupi kebutuhan hidup.
Satu
hari seorang anak dari pasangan ini jatuh sakit. Sakit yang lumayan
parah hingga harus dirawat inap di rumah sakit. Tetangga ini tak
punya tabungan untuk hal-hal di luar dugaan seperti rawat inap. Juga
tak punya asuransi, karena orang-orang dulu tidak familiar dengan
asuransi. Siapa yang bisa menolong pasangan ini selain para tetangga.
Kami urunan untuk membantu biaya pengobatan anak si tetangga. Jumlah
biaya yang haus dikeluarkan cukup besar di masa itu. Urunan para
tetangga masih kurang dan pasangan ini terpaksa pinjam ke
saudara-saudaranya yang lain.
Syukurlah
dengan usaha yang sangat keras, si anak akhirnya sembuh dan biaya
pengobatan bisa dipenuhi sehingga si anak bisa keluar dari rumah
sakit. Sembuhnya si anak memberikan sebuah masalah lagi bagi orang
tuanya. Hutangnya menumpuk di sana sini. Saya ingat, si bapak sampai
menjadi tukang ojek berbekal motor yang disewanya. Ia narik ojek dari
pagi hingga malam sementara si ibu tetap berjualan gado-gado di
warung kecilnya. Berat ya. Satu hari saya lihat si ibu terbaring
sakit. Saya jenguk dan tanya kenapa nggak berobat ke dokter. Si ibu
bilang... bagaimana mau berobat? Hutang buat biaya berobat anaknya
dulu belum lunas. Hiks.
Syukurlah
kondisi tetangga saya sekarang ini jauh lebih baik. Anak-anaknya
sudah besar, yang masih sekolah cuma dua dan yang lain sudah bekerja
dan berumah tangga. Cukuplah membantu orangtuanya mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Happy end ya. Orang tua saya pernah mengalami hal
seperti ini. Anak sakit, uang nggak punya dan nggak ada asuransi.
Saya masih terlalu kecil untuk mengerti kondisi orang tua saya waktu
itu. Yang saya ingat adalah pesan orang tua saya bahwa kita harus
menghargai uang receh karena uang receh bisa menyelamatkan nyawa
kita. Dulu adikmu sakit dan diselamatkan uang receh.. kata bapak saya
suatu ketika.
Itu
baru dalam soal sakit. Belum dalam soal pendidikan. Saya bersyukur
pernah kuliah di jaman saat uang masih gampang dicari. Bapak saya
berbekal penghasilan dari pekerjaan sebagai karyawan di sebuah hotel,
berhasil menyekolahkan saya hingga jenjang universitas. Saya ingat
dulu pembayaran uang masuk kuliah saya di sebuah kampus di bilangan
Pondok Labu Jakarta adalah satu juta rupiah. Iya satu juta.
Sekarang.. uang segitu bahkan nggak bisa menjadi uang muka buat
sekolah dasar swasta. Saya ingat saat bapak saya meminta saya kuliah,
saya tanya, memang ada uang pak? Bapak saya bilang... sekarang belum
ada, tapi nanti pasti ada kalau kita usaha.
Perencanaan
keuangan ala orang tua saya dulu sederhana. Sebisa mungkin biaya
hidup dan biaya pendidikan anak-anaknya adalah dari jerih payahnya
sendiri dan berusaha tidak berhutang dari siapapun. Kalau berhutang,
nanti uang habis buat bayar hutang, kita nggak bisa nabung, kata
bapak saya. Beda dengan pemikiran saya, kalau bisa hutang, ngapain
nabung (ehhh). Kesabaran orang tua saya memang membuahkan hasil
sekarang. Saya dan adik saya nggak perlu repot-repot beli rumah dan
bapak saya hidup tentram di kampung dan tiap hari bergaul dengan
tanaman.
Prinsip
keuangan ala bapak saya memang bagus tapi sungguh riskan. Jika memang
ada keperluan yang benar-benar mendesak, tak ada tabungan, tak ada
tempat meminjam, apa yang harus dilakukan? Seperti yang dialami oleh
tetangga saya di awal tulisan ini. Lalu.. prinsip keuangan ala bapak
saya memang berhasil karena kesabarannya mengumpulan uang sedikit
demi sedikit hingga terbeli beberapa harta yang bisa diwariskan buat
anak-anaknya. Berbeda dengan kondisi teetangga saya.. iya sekarang
memang kehidupannya lebih baik karena untuk biaya sehari-hari sudah
ada yang mencukupi. Tapi bukankah sebagai orang tua juga ada
keinginan meninggalkan sedikit harta untuk anak-anaknya.
Itulah
kenapa asuransi menjadi hal yang penting di jaman sekarang ini. Cukup
bayar iuran premi sekian tahun, nanti jika kita sakit akan ditanggung
dan tidak repot memikirkan biaya pendidikan anak-anak kita. Sangat
banyak jenis asuransi sekarang ini, penyelenggara asuransinya pun
banyak juga. Ada yang asuransi pendidikan nge-link juga dengan
kesehatan dan banyak lagi macam asuransi lainnya. Ada satu asuransi
yang menurut saya menarik, namanya Investra Titanium, dari
Commonwealth Life. Asuransi ini bukan sembarang asuransi karena
Investra Titanium adalah program asuransi yang memadukan asuransi
jiwa dan pertumbuhan investasi yang menguntungkan. Investra Titanium
memungkinkan nasabahnya bukan hanya dapat mempersiapkan dana
pendidikan untuk putra-putrinya tapi juga mempersiapkan tabungan hari
tua sekaligus melindungi kekayaan nasabahnya.
Siapapun
tentu ingin berumur panjang, tapi tak ada manusia yang bisa hidup
selamanya. Di Investra Titanium manfaat asuransi jiwa dan manfaat
jatuh tempo diberikan sampai tertanggung berusia 99 tahun dan jika
tertanggungg wafat maka penerima manfaat akan diberikan manfaat uang
pertanggungan dan nilai investasi yang terbentuk jika ada. Kalau
tertanggungnya menderita penyakit yang nggak tersembuhkan maka
penanggung akan membayar manfaat khusus sebesar 50% dari uang
pertanggungan.
Investra
Titanium bisa dibayar secara tahunan, semesteran, triwulan dan
bulanan. Usia masuk tertanggung adalan 15-70 tahun dan usia masuk
pemegang polis adalah 17-70 tahun. Anda masih bisa masuk lah karena
umur Anda paling rata-rata 46 tahun kan. Investra Titanium juga
menyediakan bermacam jenis pilihan instrumen investasi yang
disesuaikan dengan diri nasabahnya lho. Contohnya Investra Equity
Fund, Investra Equity Dinamic Fund, Investra Bond Fund dan lain-lain.
Memilih investasi sama dengan memilih asuransi yaitu aman dan
menguntungkan.
Dengan
pemilihan asuransi yang tepat ditambah dengan investasi yang
menguntungkan, nggak perlu ketar-ketir lagi jika mengalami keadaan
terdesak seperti sakit atau biaya pendidikan anak yang harus segera
dibayar. Orang tua pun bisa menjalani hari tuanya dengan nyaman,
nggak memikirkan keadaan anak-anaknya yang hidup kekurangan.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
BalasHapusSebuah tulisan yang menginspirasi. :)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬