Masih dalam rangkaian sharing soal keuangan dari The
Urban Mama, #IbuBerbagiBijak dan Visa, saya hadir di Mendjangan Resto Kemang
untuk tau lebih jauh mengenai keuangan keluarga pada tanggal 3 Oktober 2017.
Tema kali ini adalah soal Investasi. Bahasan yang menarik menurut saya
mengingat saya belum terlalu mengerti soal investasi. Sharing ilmu yang keren
ini masih bersama mbak Prita Hapsari Ghozie, Financial Educator yang
menjelaskan dengan ramah.
Investasi itu ibarat kapal yang digunakan untuk
menyelamatkan diri jika ada musibah. Karena digunakan untuk menyelamatkan diri
maka pemilihan kapal merupakan hal yang penting. Perhitungkan kemudi, ban,
sekoci, ukuran kapal dan perlengkapan kapal sebelum memilihnya sebagai sarana
menyelamatkan diri. Jangan sampai kapal yang mestinya bisa menyelamatkan kita
malah jadi membahayakan kita.
Begitulah semestinya dalam memilih investasi. Investasi
adalah salah satu cara menyelamatkan keuangan keluarga. Seperti memilih sebuah
kapal, kita juga kudu memilih dulu sebelum memutuskan membeli sebuah investasi.
Mbak Prita Ghozie memberikan 5 prinsip Investasi yang kudu kita pelajari nih.
Prinsip-prinsip itu adalah :
Pahami Profil Resiko Investor
Beli Investasi buat apa? Buat gaya-gayaan, prestise,
kebutuhan atau apa bu? Cek dulu tujuan kita berinvestasi nih. Bu Prita Ghozie
mengibaratkan investasi sebagai sapi perah. Kita mau apakan sapi itu. Mau
digemukkan lalu dijual atau mau diperah susunya dan susu itu kita jual tiap
bulan.
Kebutuhan orang akan investasi beda-beda cuma kebutuhan
itu bisa disingkat dalam dua hal yaitu kebutuhan untuk usia produktif dan usia pensiun.
Untuk usia produktif, bu Prita menyarankan membeli investasi yang jenisnya “menggemukkan
sapi lalu dijual”. Emas adalah contoh investasi jenis menggemukkan sapi.
Untuk usia pensiun, yang disarankan adalah mengolah susu
perah dan dijual tiap bulan. Kan kalau pensiun tidak punya pendapatan tetap ya
maka menjual susu tiap bulan bisa menjadi pemasukan. Deposito adalah contoh
investasi berjenis menjual susu sapi.
Profil resiko investor terbagi 3 yaitu investor
konservatif (100% defensif), investor moderat (60% defensif, 40% agresif) dan
investor agresif (30% defensif, 70% agresif). Coba dipikir-pikir ya kita masuk
ke tipe mana karena itu berpengaruh pada investasi yang akan diambil.
Tentukan Jangka Waktu Investasi
Jangka waktu investasi terbagi dalam jangka pendek,
menengah dan panjang. Inflasi adalah faktor yang harus diperhitungkan jika memilih
lamanya investasi. Kebiasaan dan kebutuhan orang juga akan berpengaruh pada investasi
yang akan diambil. Misalnya orang yang butuh dapat manfaat investasi lebih
cepat akan memilih investasi jangka pendek. Investasi jangka pendek ini
contohnya menabung.
Ragamkan Harta Investasi
Investasi itu berbeda dengan tabungan dan spekulasi. Tabungan
atau saving itu pertumbuhannya lambat contohnya rekening tabungan. Investasi
itu resikonya meningkat misalnya obligasi atau saham. Spekulasi itu punya
resiko sangat tinggi. Orang yang ingin untung cepat walau resikonya tinggi akan
mengambil jenis spekulasi. Contoh spekulasi adalah perdagangan.
Ragam investasi terbagi dalam aset fisik contohnya logam
mulia dan properti. Aset fisik begini lebih digunakan untuk menambah
pendapatan. Yang kedua adalah surat berharga. Masuk dalam kategori ini adalah
deposito, obligasi, saham dan reksadana. Jenis surat berharga yang paling
beresiko adalah saham. Lalu yang ketiga adalah bisnis. Franchise/usaha beresiko
paling tinggi karena modal bisa hilang.
Investasi juga punya resiko. Resiko-resiko itu adalah
resiko likuiditas, resiko volabilitas harga (naik turun), resiko gagal bayar
(modal tidak balik), resiko pasar (pengaruh kurs/bunga) dan resiko penipuan
berkedok investasi. Jangan terpesona pada keuntungan yang besar dan modal
sedikit. Biasanya yang memberi keuntungan sangat besar itu kudu diwaspadai
karena berpotensi jadi investasi bodong.. Seimbangkan serakah dan rasa takut
agar terhindar dari penipuan.
Lakukan Investasi secara Bertahap dan Berkala
Dalam berinvestasi kita harus lakukan secara bertahap dan
untuk itu membutuhkan strategi. Strategi yang pertama adalah Cost Averaging
yaitu investasi tidak terpengaruh dengan kondisi pasar. Lalu ada diversification
yaitu jangan taruh semua modal kita pada 1 investasi. Ini untuk meminimalisir
resiko hilangnya modal karena investasi. Kemudian strategi long term yaitu
strategi mengurangi resiko investasi dengan mengambil investasi jangka panjang.
Mbak Prita mencontohkan dirinya yang menyiapkan dana
pendidikan anak sejak anaknya kecil dan pendidikan dihitung hingga si anak
kuliah. Asumsi inflasi adalah 10%. Dengan asumsi ini mbak Prita menghitung
berapa dana yang ia butuhkan dan bagaimana cara mencapainya. Which is jika
mengandalkan tabungan saja tak akan tercapai targetnya mengumpulkan dana hingga
anak kuliah.
Evaluasi dan Lakukan Perubahan Alokasi Bilamana Perlu
Setelah mempelajari 4 step di atas, barulah kita bisa
memutuskan melakukan investasi di mana. Setelah itu review apakah keputusan
kita sudah tepat. Re-check harus dilakukan mengingat saat ini banyak banget
tawaran investasi dengan berbagai keuntungan. Jangan tergiur dengan manfaat
investasi yang segunung. Cek apakah penyelenggara investasi terdaftar di OJK.
Jika kita sudah terlanjur mengikuti sebuah investasi dan
di tengah jalan ada sesuatu yang mengkhawatirkan misalnya pembayaran keuntungan
yang tidak tepat waktu dan ini terjadi berkali-kali, boleh lho kita evaluasi
dan keluar dari investasi itu bila diperlukan. Feeling kita juga harus bermain
di sini, kalo firasat kita tak baik maka jangan teruskan.
Jika kita ragu dengan status sebuah investasi, bicaralah
dengan orang yang mengerti betul tentang investasi. Tukar pikiran dan mintalah
pendapatnya. Ini lebih baik daripada kita mengambil keputusan yang salah.
Karena keputusan yang salah bisa berakibat pada hilangnya uang dan itu
membahayakan kondisi keuangan keluarga. Be smart ya bu.
Tidak ada komentar