Pendidikan di Indonesia belum merata. Di perkotaan memang
sudah jarang anak yang putus sekolah tapi di pedesaan masih banyak anak-anak
putus sekolah. Alasan mereka bisa macam-macam tapi kebanyakan adalah karena
kondisi. Rata-rata anak putus sekolah berasal dari kalangan bawah. Anak-anak
terpaksa bekerja untuk membantu orang tuanya memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Maka tak sedikit anak-anak usia sekolah malah ada di jalan untuk bekerja. Miris
ya.
Kita tak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah untuk
ini. Pemerintah sudah punya banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Bergerak
bersama anggota masyarakat lain, komunitas atau bersama perusahaan besar yang
punya perhatian pada pendidikan anak-anak Indonesia.. contohnya Philips
Lighting. Philips Lighting punya kampanye “Terangi Masa Depan” dalam rangka
mendukung program UNICEF “Kembali ke Sekolah”.
Saya hadir dalam press conference Philips dan Unicef
mengenai kampanye ini di Avec Moi jalan teluk betung Jakarta pada 2 Oktober
2017. Kenapa Philips Lighting memilih bekerja sama dengan UNICEF? Karena UNICEF
adalah organisasi global yang resmi dan punya reputasi. Tahun lalu Philips
Lighting sudah bekerja sama juga dengan UNICEF dan hasilnya sangat baik.
Makanya sekarang kerja sama itu diteruskan.
Menurut Mr. Gregor Henneka, Chief of Partnership UNICEF yang
hadir siang itu, kerja sama dengan Philips ini penting karena perusahaan
seperti ini punya peran penting pada pendidikan anak-anak sekolah dan UNICEF
memberi kesempatan pada Philips untuk meraih goalnya. Kerja sama ini juga
penting karena mengikutsertakan masyarakat untuk berkontribusi. Partnership ini
bernilai lebih dari financial karena membangun kesadaran para customer soal
pendidikan.
Permasalahan yang dihadapi pemerintah adalah tidak
terseda data memadai tentang anak putus sekolah. UNICEF mendukung pemerintah
daerah melakukan pemetaan. Data yang digunakan berbasis data akurat.
Namunterkadang data ini tidak digunakan dengan baik oleh pemerintah daerah. Makanya
Philips mendorong masyarakat untuk mengembangkan inisiatif lokal karena
pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi juga tanggung jawab
masyarakat,.
Terus gimana caranya masyarakat berkontribusi pada
kampanye ini? Caranya adalah membeli paket lampu LED khusus berlogo UNICEF.
Paket khusus ini dijual dengan promo “beli 3 gratis 1”. Wuih… emak-emak pasti
hepi nih ada gratis-gratisan ya kan. Saya aja selalu tertarik beli barang yang
ada gratisnya. Lumayan kan mak. Philips menyisihkan dua ribu rupiah dari
penjualan paket ini yang dananya akan diberikan untuk program “Terangi Masa
Depan”.
Target Philips tahun ini adalah mengumpulkan dana dua
milyar dari penjualan paket khusus, dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Kenapa
lampu LED yang dipilih Philips? Karena lampu LED Philips punya teknologi
terbaik. Teknologi ini membuat pancaran sinar lampu nyaman di mata. Benefit
untuk customer yang membeli lampu ini adalah di pasang di rumah anak jadi
semangta belajar karena tidak menyilaukan mata dan hemat energi juga, kata Mr
Lim Sau Hong Country Marketing Manager Philips Lighting Indonesia.
Dana dari kampanye “Terangi Masa Depan” akan diberikan
untuk program anak-anak Kembali ke Sekolah di daerah pelosok seperti Mamuju dan
Brebes. Persentase anak putus sekolah di Indonesia Timur dan di Jawa Tengah
terbilang tinggi. Dananya nanti digunakan untuk pendataan anak putus sekolah,
lalu untuk advokasi pemerintah daerah karena selama ini anak putus sekolah
dianggap bukan masalah serius. Padahal, di Mamuju saja ada 10 ribuan anak-anak
putus sekolah dan 60% anak putus sekolah itu ada di daerah Jawa.
Paket spesial berlogo UNICEF ini akan diaudit dan
dibedakan dengan produk lain. Agar masyarakat tahu soal program ini maka
promosi juga dilakukan lewat media. Kampanye Terangi Masa Depan adalah salah
satu kampanye Philips selalin Kampung Terang Energi. Program CSR Philips ini
adalah misi Philips untuk melihat bagaimana bisnis Philips berkontribusi pada
masyarakat.
Tidak ada komentar