Sudah lama saya membaca berita tentang hutan buatan di Bandung yang makin membuat asri Bandung. Melihat banyak teman mem-posting foto-foto ketika mereka di hutan Juanda Bandung, sungguh saya iri. Tak nampak itu adalah hutan di wilayah kota, rasanya seperti melihat hutan di pedalaman kalimantan.
Jangan berharap melihat hutan di Jakarta, yang ada hanyalah taman buatan yang makin hari makin mengecil saja. Hutan di Jakarta lenyap sejak pembangunan di Jakarta begitu maju. Yaaa namanya juga kota metropolitan. Ada yang harus dikorbankan atas nama pembangunan.
Karena peduli dengan hutan, saya datang ke acara Kementrian LHK yang berlangsung di sebuah hotel di bilangan Jakarta minggu lalu. Ada program yang bernama Setapak yaitu singkatan dari Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Perbaikan Tata Kelola. Banyaknya orang yang hadir membuat saya sadar bahwa masih banyak yang peduli akan lestarinya hutan dan baru tau juga kalau Setapak sudah berjalan sejak 2011.
Acara kemarin adalah presentasi pencapaian hasil yang diraih Setapak 2 sejak 2015-2018. Melihat bagaimana Setapak mempresentasikan hasil kerjanya, saya merasa ini bukan presentasi, namun semacam pertanggungjawaban hasil kerja. Pertanggungjawaban harus diberikan karena menyangkut pekerjaan banyak orang selaku Mitra Setapak.
Mitra setapak terdiri dari masyarakat sipil yang sejauh ini terdiri dari 64 mitra yang tersebar di 14 provinsi Indonesia seperti Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bangka belitung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua, Papua Barat, Jakarta dan Bogor.
Ibu Sandra Hamid selaku Country Representative The Asia Foundation (TAF) dalam sambutannya berharap agar perempuan lebih banyak terlibat pada Setapak 2. Ia berharap dengan adanya program Setapak 2 maka tata kelola hutan dan lahan dapat menjadi semakin transparan, akuntabel dan partisipatif.
Sambutan selanjutnya dari Mr. Peter Rajadiston, Deputy Head of United Kingdom Climate Change Unit. Ia mengucapkan terima kasih atas pencapaian Setapak dan sangat berterima kasih atas kerja keras para mitranya selama 4 tahun terakhir.
Setapak selama 4 tahun ini sudah menghasilkan 239 kebijakan terkait izin perhutanan sosial, transparansi RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) dan ada 16 izin usaha yang bermasalah sudah dicabut serta 222.385 hektar lahan hutan sosial berhasil memperoleh izin untuk dikelola masyarakat melalui skema perhutanan sosial.
Kemarin ada Bupati Aceh Utara yang jauh-jauh datang dari Aceh karena beliau sangan mensupport Setapak. Ia bilang Setapak membuat para mitra jadi paham dengan peraturan tentang tata kelola hutan dan lahan sehingga mereka bisa mengaudit perkebunan kelapan sawit.
Bukan jadi rahasia umum bahwa perkebunan kelapa sawit dianggap merusak hutan karena berkurangnya hutan salah satunya adalah karena sebagian lahan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit juga menyerap banyak air hingga petani pisang di sekitarnya kekurangan air karena 14 liter ar tiap tahunnya menyusut karena diserapoleh kelapa sawit.
Dengan Setapak, mitra menjadi sadar bagaimana mengelola usahanya, seperti yang dijelaskan oleh bapak Bupati Aceh Utara. Setapak berharap program-programnya akan makin terlaksana secara berkelanjutan agar terjadi pemerataan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.
Untuk bergabung menjadi mitra setapak, bisa melalui :
Email : setapak2@tafindo.org
Facebook : Aksi SETAPAK
Twitter : @aksisetapak
Instagram : @aksisetapak
Website : www.programsetapak.org.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar